Senin, 29 Maret 2010

BENSIN ++


Bingung memilih bensin? Setidaknya satu kali pertanyaan ini pernah melintas di benak Anda ketika akan mengisi bahan bakar bukan. Di satu sisi, bahan bakar bersubsidi tetap menggiurkan dengan harganya yang lebih ekonomis. Namun keinginan memberikan yang lebih baik buat besutan kesayangan juga kerap muncul. Hal inilah sebenarnya cukup krusial. Kesampingkan semua rencana Anda belanja pintar komponen cepat edar (baca: fast moving), yang paling sering dibayarkan buat operasional kendaraan adalah bahan bakar, kan? Wah, musti lebih smart lagi pemilihannya.

Oke, lantas musti pilih yang mana? Pernahkah terpikir punya bensin pribadi berlabel Premium Plus atau Premium Extra?

PERFORMA DAN KONSUMSI

Tentu perlu perhitungan lain dari sekadar membandingkan harga per liter bensin oktan rendah dan oktan tinggi. Tentu lebih murah Premium ketimbang Pertamax atau Pertamax Plus bukan?

Ambil contoh, mobil Anda cukup direkomendasikan dengan Premium. Apakah cukup menguntungkan kalau pakai Pertamax atau Shell Super? Mari kita telaah secara komprehensif. Karena efek domino alias rentetan perbedaan hasilnya bisa kita prediksi.

Hasil tes terhadap bahan bakar beroktan 95 memberikan hasil cukup menggembirakan. Meski dipakai pada kendaraan peminum Premium, memberikan hasil bagus. Baik dari performa maupun konsumsi bahan bakar.

Dari data tes terhadap Honda Freed, akselerasi 0-100 km/jam 12,3 detik dipertajam 0,4 detik dari standarnya 12,7 detik. Konsumsi pun lebih irit (17,5 km/liter), dari standarnya 17,0 km/liter dengan kecepatan konstan 100 km/jam.

Itu hasil spontan saat Anda menuang bahan bakar berbeda ke tangki bensin. Efek lanjutannya pun masih ada. Hasil pembakaran tentu lebih sempurna dengan bahan bakar oktan tinggi. Terbukti dari performa naik dan konsumsi turun. Karakter ini juga terbaca dari hasil uji emisi.

Pada tes emisi terpisah terhadap Avanza dengan sistem injeksi closed loop dan open loop. Tes pertama pada Avanza Euro 2, injeksi closed loop, memang tidak terbaca perubahan angka CO dan HC. Soalnya hasil CO 0,04% dan HC 50 ppm tanda emisi sangat bagus dengan hadirnya catalyic converter.

Namun hasil dari tes emisi sistem injeksi open loop memberikan hasil signifikan pada tiap bahan bakar. Terjadi perubahan CO dan HC setelah penggantian Premium ke bensin oktan tinggi. Premium (CO 0,47% dan HC 144 ppm), diganti Pertamax (CO 0,38% dan HC 121 ppm), Pertamax Plus (CO 0,41% dan HC 134 ppm), Shell Super (CO 0,50% dan HC 138 ppm) dan Super Extra (CO 0,32% dan HC 139 ppm).

Sudah lebih bertenaga, irit dan bersih emisi pula. Memang tak bisa dielakkan, bensin beroktan lebih tinggi memberikan hasil lebih baik.

MIXING

Urusan harga, bensin oktan tinggi memang masih terkait cukup jauh dari Premium yang Rp 4.500 per liter. Sebut saja penjualan di ibukota, Pertamax Rp 6.600, Pertamax Plus Rp 7.100, Shell Super Rp 6.550 dan Super Extra Rp 7.300.

Masih bisa dapat bahan bakar oktan 92 lebih murah, lo. Sebut saja Premium Plus atau Premium Extra. Bagaimana caranya?

Hasil tes oktan akhir tahun lalu dengan Zeltex ZX 101, tercatat Premium (89,7), Pertamax (92,0), Pertamax Plus (95,5), Shell Super (92,6), Shell Super Extra (95).

Jika melakukan mixing (mencampur) Premium dengan oktan 95, bisa didapat hasil empiris, oktan 92. “Maksudnya, bisa dihitung sederhana dengan ditambah lalu dibagi dua,” . Contoh, Premium dicampur Pertamax Plus (89,7 + 95,5):2= 92,6.

Maka, budget belanja per liter bensin campuran itu pun bisa dihitung dengan cara yang sama. Coba campur satu banding satu Premium dengan oktan 95, misal Pertamax Plus, maka didapat bensin Premium Plus oktan 92 dengan harga (4.500 + 7.100):2 = Rp 5.800. Atau Premium campur Shell Super Extra (4.500 + 7.300):2= Rp 5.900. Dapat deh jenis bensin baru, sebut saja Premium Extra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar